SEJARAH
Pada tahun 1985, Jakarta menghadapi tantangan besar dalam mengelola perkembangan urbanisasi yang pesat dan kompleks. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah menginisiasi Jakarta Urban Development Project, sebuah proyek yang dirancang untuk meningkatkan kualitas struktur kota, infrastruktur, dan memperbaiki kualitas hidup warga.
Proyek ini mencakup berbagai tindak perubahan signifikan dalam pola penggunaan lahan, transportasi, dan pengelolaan lingkungan. Langkah penting pun dilakukan dengan menggandeng Biro Lingkungan Hidup untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap dampak lingkungan proyek tersebut.
Tim ahli dari Biro Lingkungan Hidup menjalankan evaluasi dengan cermat, menganalisis dampak proyek terhadap ekosistem sekitar, serta kualitas udara dan air. Hasil evaluasi yang teliti ini kemudian dirangkum dalam sebuah buku evaluasi komprehensif. Buku tersebut tidak hanya mengidentifikasi potensi risiko lingkungan yang mungkin muncul akibat proyek tersebut, tetapi juga menyajikan rekomendasi konkret untuk meningkatkan kualitas fisik lingkungan. Rekomendasi tersebut mencakup langkah-langkah konkret untuk mengurangi jejak karbon, meningkatkan pengelolaan limbah, dan melestarikan Sejarah
area hijau yang penting bagi ekosistem kota. Proyek ini, menghasilkan berbagai rekomendasi yang berdampak signifikan pada pembangunan kota. Hasil evaluasi ini tidak hanya mencakup aspek lingkungan fisik, tetapi juga menyoroti aspek sosial-budaya dan ekonomi masyarakat Jakarta.
Sebagai hasil dari rekomendasi ini, lahir sebuah konsep yang disebut Tri Bina, sebuah paradigma pembangunan yang memiliki fokus pada tiga pilar utama: fisik lingkungan, aspek sosial-budaya, dan ekonomi warga.
Rekomendasi pertama dalam Tri Bina adalah peningkatan kualitas fisik lingkungan. Proyek ini mencakup langkah-langkah untuk mengurangi dampak lingkungan yang merugikan, seperti polusi udara dan pencemaran air. Melalui penerapan teknologi yang lebih ramah lingkungan, pengelolaan limbah yang lebih efisien, dan perencanaan perkotaan yang lebih berkelanjutan, Jakarta bertujuan untuk menciptakan kualitas lingkungan yang lebih baik bagi warganya.
Rekomendasi kedua dalam konsep Tri Bina adalah memfokuskan pada aspek sosial-budaya. Hal ini mencakup pelestarian warisan budaya dan pengembangan komunitas yang lebih kuat. Melalui program-program budaya dan kegiatan sosial, masyarakat Jakarta diajak untuk berpartisipasi dalam membangun identitas kota yang unik dan mewarisi nilai-nilai budaya yang penting.
Rekomendasi ketiga dalam konsep Tri Bina adalah perhatian terhadap aspek ekonomi warga. Pemerintah merancang program-program untuk meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja bagi penduduk Jakarta. Melalui pendidikan, pelatihan keterampilan, dan pengembangan usaha kecil, mereka bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat kota.
Poin penting lain dari evaluasi tersebut adalah konsep hunian vertikal. Gagasan ini memberikan dorongan bagi pembangunan Rumah Susun Sederhana (Rusunawa) pertama di Jakarta. Proyek ini diwujudkan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan berlokasi di Tambora, Jakarta Barat, dengan luas 18 meter persegi. Pembangunan Rusunawa ini bukan hanya sekadar solusi untuk kebutuhan perumahan yang meningkat di kota yang padat penduduk, tetapi juga merupakan tonggak penting dalam transformasi Jakarta menuju kota yang lebih berkelanjutan.
Rumah Susun Sederhana yang dihasilkan dari konsep hunian vertikal ini tidak hanya memecahkan masalah perumahan, tetapi juga menciptakan komunitas yang kuat di lingkungan yang terbatas. Masyarakat di Rusunawa Tambora secara bertahap mengadopsi gaya hidup yang lebih berkelanjutan, dengan pengelolaan limbah yang lebih baik dan penghematan energi. Selain itu, pembangunan Rusunawa ini menciptakan lapangan kerja lokal dan memperkuat perekonomian di
daerah sekitar.
Melalui penerapan rekomendasi ini, Jakarta mengalami transformasi yang mengesankan. Kualitas fisik lingkungan yang ditingkatkan menciptakan ruang hijau yang lebih banyak, udara yang lebih bersih, dan sistem transportasi yang lebih efisien. Aspek sosial budaya dari Tri Bina meningkatkan kesadaran warga akan lingkungan mereka dan memperkuat ikatan komunitas. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi
warga melalui proyek-proyek berkelanjutan membawa kesejahteraan bagi banyak keluarga.
Dengan demikian, proyek Jakarta Urban Development Project yang dievaluasi oleh Biro Lingkungan Hidup pada tahun 1985 menjadi langkah awal penting yang tidak hanya menciptakan perubahan fisik dalam lanskap kota tetapi juga membuka jalan bagi transformasi sosial dan ekonomi yang mendalam menuju keseimbangan antara pertumbuhan perkotaan dan pelestarian lingkungan.